A.
Teori Kepemimpinan dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi,"kepemimpinan" merupakan salah satu faktor utama yang mendukung kesuksesan
organisasi dalam mencapai tujuan. Gibson, Iancevich, dan Donnelly (1996:6)
mendefinisikan organisasi sebagai “wadah yang memungkinkan masyarakat dapat
meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara
sendiri-sendiri”.
Memahami teori-teori,"kepemimpinan"
sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu
organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada
produktifitas organisasi secara keseluruhan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori
kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah
organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
1.
Teori Kepemimpinan
Sifat (Trait Theory)
Analisis ilmiah tentang
kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori
sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa
pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal “The
Greatma Theory”. Dalam perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh dari
aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat
kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain : sifat fisik, mental
dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan
4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi,
antara lain:
a. Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan
yang tinggi di atas kecerdasan rata-rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan
berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
b. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan
lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai
emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panic dan
goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki
motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat
ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d. Sikap hubungan kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan
sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
2.
Teori Kepemimpinan
Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian,
perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan
kearah 2 hal, yaitu:
a. Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu
kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan.
Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan
kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
b. Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan
seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat
dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana
pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori
ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki
perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
3.
Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan
faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang
pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan
maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang
dikehendaki oleh pemimpin.
4.
Teori Kepemimpinan
Situasi
Seorang pemimpin harus
merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai
dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
5.
Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok
(organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin
dengan pengikutnya.
B.
Teori Kelahiran Pemimpin
Para ahli teori,"kepemimpinan" telah mengemukakan beberapa teori tentang timbulnya Seorang
Pemimpin. Dalam hal ini terdapat 3 (tiga) teori yang menonjol (Sunindhia dan
Ninik Widiyanti, 1988:18), yaitu::
1. Teori Genetie
Inti
dari teori ini tersimpul dalam mengadakan "leaders are born and not
made". bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan
karena ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin. Dalam keadaan bagaimana pun
seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia
dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
2. Teori Sosial
Jika
teori genetis mengatakan bahwa "leaders are born and not made", make
penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : "Leaders are
made and not born". Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa
setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan
kesempatan untuk itu.
3. Teori Ekologis
Teori
ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial.
Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi
pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat
kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur
dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut
bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.
Teori
ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial
dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan. Namun
demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk
dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
timbul sebagai pemimpin yang baik.
C.
Teori The New Leader Goleman
Pemimpin yang efektif menurut Goleman adalah
pemimpin yang tidak hanya menganut satu gaya kepemimpinan saja, tetapi mereka
yang memiliki lebih dari satu gaya kepemimpinan dan mampu memakai tiap gaya
sesuai situasi, dan kebutuhan. Misalnya dia memiliki gaya pembimbing tapi di
situasi lain dia juga memiliki penentu
kecepatan. Kriteria seorang pemimpin yang ideal, banyak yang akan menekankan
sifat-sifat seperti kecerdasan, ketangguhan, tekad, dan visi. Studi terbaru
menunjukkan bahwa personal qualities juga penting,
yang sering disebut kecerdasan emosional (emotional
intelligence).
Pemimpin yang efektif menurut Goleman dibedakan
oleh tingkat tinggi kecerdasan emosional, yang mencakup kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Seorang pemimpin yang baik, tentunya harus
menyadari akan pentingnya memiliki kesadaran yang tinggi tentang apa yang
disebut emotional
intelligence. Bukan berarti bahwa IQ dan technical
skill tidak penting atau tidak relevan. Keduanya merupakan modal
dasar sebagai seorang pemimpin, namun emotional intelligence tidak kalah
pentingnya. Bahkan, terdapat hubungan yang erat antara emotional
intelligence yang dimiliki seorang pemimpin dan keefektifan
performa kinerja.
Terdapat hubungan positif antara emosional
intelligence dan performa yang efektif, terutama pada
pemimpin. Dan akan dipaparkan bagaimana emotional intelligence sangat
berperan dalam kepemimpinan organisasi. Emotional intelligence memainkan
peran penting dalam level tertinggi sebuah perusahaan, di mana perbedaan pada technical
skills sudah tidak terlalu penting. Semakin tinggi tingkatan
seseorang, semakin perlu emotional intelligence capabilities
ditonjolkan sebagai alasan keefektifan pemimpin. Emotional intelligence tidak hanya
menciptakan seorang pemimpin yang luar biasa, tetapi juga berhubungan dengan
performa yang kuat.
Banyak tipe-tipe
kepemimpinan berdasarkan kecerdasan emosi menurut Daniel
Goleman (2007), tipe tersebut terbagi menjadi
6 tipe yaitu: Visioner (Visionary), pembimbing (Coaching), afiliatif (Afiliative), Demokratis (Democratic), Penentu Kecepatan (Pacesetting), dan Memerintah (Commanding). Daniel
meyakini empat dari keenam tipe atau gaya kempemimpinan seperti visioner (visionary), Pembimbing (coaching), Afiliasi (Affiliative) dan Demokratis (Democratic) dapat
menciptakan resonansi yang dapat memajukkan kinerja sementara dua gaya lainnya
dapat berguna untuk beberapa situasi
tertentu namun perlu diperhatikan penggunaannya. Menurutnya keberhasilan
seorang pemimpin dalam mencapai hasil yang terbaik tidak hanya menggunakan satu
gaya kepemimpinan saja, tetapi kombinasi dari keenamnya. Berikut keenam gaya
kepemimpinan menurut
Goleman tersebut.
1. Pemimpin Visioner (Visionary )
Pemimpin jenis ini
diyakini merupakan tipe pemimpin yang lebih efektif dibanding yang lainnya.
tipe pemimpin ini mampu mengartikulasikan suatu tujuan yang baginya merupakan
tujuan yang sejati dan selaras dengan nilai bersama dengan orang-orang yang
dipimpinnya. Pemimpin jenis ini dapat menjadi terbuka kepada bawahannya dengan
membagikan berbagai informasi serta pengetahuan, sehingga orang-orang yang
berada di semua tingkat perusahaan merasa dilibatkan danmampu membuat keputusan
yang terbaik. Pemimpin visioner meyadari dan meyakini bahwa penyebaran
informasi adalah langkah awal menuju sukses sehingga mereka secara terbuka akan
berbagi informasi itulah sebabnya menurut penelitian James (1999) tipe pemimpin
ini disebut sebagai pemimpin yang sangat aktif dan exspressive. Namun dari kesemuanya itu empatilah yang menurutnya
paling penting. Mengerti masalah dari sudut pandang orang lain merupakan ciri
yang utama yang dimiliki oleh pemimpin visioner karena dengan begitu mereka
akan mudah mengartikulasikan visi yang benar-benar inspiratif.karena dampak
positifnya tersebutlah, maka pemimpin visioner dapat berfungsi dengan baik di
banyak situasi bisnis.
Meskipun gaya "kepemimpinan"ini cukup memiliki daya kuat, namun
tidak selalu cocok digunakan dalam setiap situasi, karena dikhawatirkan ada
beberapa pihak yang memandang sinis gaya"kepemimpinan" ini, dan pada akhirnya
akan berakibat bagi kinerjanya selain itu gaya kepemimpinan ini tidak cocok
diterapkan untuk jenis pekerjaan yang sifatnya kelompok.
2. Gaya Pembimbing (Coaching)
Dari tipenya membimbing kita pasti sudah tahu
bahwa pemimpin seperti ini sangat
menyukai hal-hal yang berhubungan dengan membimbing karyawannya. Gaya pemimpin
seperti ini senang melakukan percakapan dan perbincangan mendalam dengan
seorang pegawai, yang berisi seputar kehidupan sehari-hari kehidupan seseorang,
termaksud tujuan dan impian hidupnya serta karirnya. Sungguh suatu hal yang
jarang sekali dilakukan oleh seorang pemimpin seperti biasanya. Walaupun jenis
pembimbingan yang diberikan oleh gaya pemimpin seperti ini hanya berfokus pada
perkembangan perorangan dan
bukan pencapaian tujuan, tetapi pada umumnya cukup kuat untuk dapat memprediksi
respon positif dan emosi dari karyawan dan hasil kinerja yang lebih baik.
Karena dengan
melakukan perbincangan yang erat dengan karyawannya tanpa disadari
pemimpin jenis ini telah membangun tembok kepercayaan bagi karyawannya. karena ini dalah bukti kepeduliaan seorang
pemimpin kepada bawahannya, bukan hanya sekedar memandang bawahan sebagai alat
untuk sekedar mencapai tujuannya semata.
Gaya ,"kepemimpinan" ini sangat membantu dalam
membangun komunikasi antara bawahan dan atasan yang berkelanjutan, dan membuat
karyawan menjadi mau terbuka terhadap feedback
yang diberikan oleh pemimpin, karena mereka menggap setiap masukan yang
diberikan oleh atasan adalah penunjang aspirasi bagi mereka sendiri dan bukan
untuk kepentingan atasan.
3. Pemimpin Afiliatif (Affiliative)
Pemimpin jenis ini sangat menghargai perasaan-perasaan orang-orang
yang bekerja untuk dia, karena dia tidak menekankan pada hasil atau pencapaian
tujuan , tetapi lebih pada kebutuhan emosi para karyawannya. Gaya ini sangat cocok sekali bagi perusahaan yang memiliki iklim
kelompok. Ciri dari pemimpin ini adalah menyenangi kerjasama, harmonisasi,
interaksi yang ramah, membangun relasi yang baik dengan orang yang dipimpinnya.
Oleh karena itu jenis pemimpin ini sangat menghargai waktu-waktu senggang,
karena dengan begitu dia dapat melakukan pendekatan dengan bawahan untuk
membantu mereka melewati masa-masa sibuk nantinya.empati sangat dikedepankan
olehnya karena ia ingin peduli pada karyawannya secara keseluruhan bukan hanya
berdasarkan tanggung jawab tugas.
Karena gaya pemimpin ini
kelihatannya baik sekali terhadap karyawan, maka lebih baik gaya ,"kepemimpinan"ini tidak disarankan digunakan sendiri karena dikhawatirkan akan membuat
bawahan berpikir bahwa setiap kesalahan yang mereka buat akan selalu
ditoleransi oleh jenis pemimpin seperti ini.
4. Pemimpin Demokratis (Democratic)
Mendengarkan adalah
kekuatan kunci dari pemimpin jenis ini. Mereka selalu bertindak dan berprilaku
ingin menjadi pendengar yang baik terhadap bawahannya, karena mereka memang
peduli kepada bawahannya, dia juga adalah jenis pemimpin yang kolaboratif,
artinya dapat bekerja sebagai anggota kelompok, tetapi juga dapat menjadi
pemimpin teratas dalam kelompok. Dan dia juga mampu meredakan konflik dan
membangun harmonisasi dalam kelompok kembali.
5. Penentu Kecepatan (Pacesetting)
Pemimpin memegang teguh dan melaksanakan standard kerja yang tinggi. Ia bersikap
obsesif, bahkan segala sesuatu bisa dikerjakan dengan baik dan lebih cepat, bahkan ia meminta dan menuntut hal yang sama dari
orang lain, ia sangat cepat menunjuk para pekerja yang memiliki kinerja yang
buruk.pemimpin jenis ini tidak memberikan garis petunjuk yang jelas mengenai kinerja buruk seseorang, karena dia
berpikiran bahwa setiap pengikutnya sudah dapat menerka bagaimana dan apa yang
diinginkannya.
Mereka senang menekan tanpa memberi arah, yang akhirnya dapat berakibat kinerja
yang lebih buruk bahkan bisa membuat karyawan stress di tempat kerja, karena selalu
mendapatkan tekanan tanpa feedback.
6. Gaya Memerintah (Commanding)
Gaya memimpin seperti ini
kadang disebut sebagai gaya intimidasi, pemimpin seperti ini, sangat menuntut
bawahannya patuh pada perintahnya secara langsung, tanpa menjelaskan apa
alasannya ingin bawahannya mendengarkan perintahanya tersebut. Dia selalu ingin
memantau dan mengontrol setiap situasi sebisanya. Walaupun kadang dia
memberikan umpan bali, umpan balik hanya berfokus pada kesalahan buka pada
hal-hal baik yang telah dilakukan, maka dari itu tidak heran bila jenis,"kepemimpinan"yang seperti ini yang dianggap tidak efektif sama sekali. Karena
sikap jarang memujinya tersebut yang membuat karyawan menjadi patah semangat,
sehinga berpengaruh pada kinerjanya nanti.
Walaupun segala tugas dalam organisasi tidak
dikerjakan sendiri oleh seorang pemimpin, tetapi bimbingan dan hasil interaksi
antara bawahan dan atasan diperkuat dapat membantu tercapainya suatu tujuan
organisasi. Tetapi tetap saja fungsi-fungsi penting banyak ditanggung oleh seorang pemimpin.
0 komentar:
Posting Komentar