BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Membaca adalah tradisi yang diwariskan oleh Nabi muhamad sejak abad
empat belas yang lalu. Membaca
merupakan tahapan proses belajar membaca bagi
siswa Sekolah Dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan
menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh
karena itu, guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga
mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Suasana
belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan
bahasa dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik
anak yang masih senang bermain. Permainan memiliki peran penting dalam
perkembangan kognitif dan sosial anak. Membaca merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar.
Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa
tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi
secara tertulis. Oleh karena itu, peranan pengajaran kemampuan
membaca khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting.
Pengajaran membacasangat penting bagi kehidupan berbangsa, bernegara, berbudaya
dan berakhlak. Di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca
dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya keterampilan
membaca. Keterampilan membaca dan menulis, khususnya keterampilan
membaca harus segera dikuasai oleh para siswa di SD karena keterampilan ini
secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD.
Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di
sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka. Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik
akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata
pelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami
informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan
penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Akibatnya, kemajuan
belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak
mengalami kesulitan dalam membaca. Pembelajaran membaca
di SD dilaksanakan sesuai dengan pembedaan atas kelas-kelas awal dan
kelas-kelas tinggi. Pelajaran membaca dan menulis di kelas-kelas awal disebut
pelajaran membaca dan menulis permulaan, sedangkan di kelas-kelas tinggi
disebut pelajaran membaca dan menulis lanjut. Pelaksanaan membaca permulaan di
kelas rendah Sekolah Dasar dilakukan dalam dua tahap, yaitu membaca periode
tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku. Pembelajaran membaca tanpa buku
dilakukan dengan cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain
buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat,
sedangkan membaca dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan
buku sebagai bahan pelajaran. Tujuan
membaca permulaan di kelas rendah adalah agar siswa dapat membaca kata-kata dan
kalimat sederhana dengan lancar dan tepat
SD buniwangi yang tepatnya di kampung buniwangi desa kalubunder
kecamatan kalibunder kabupaten sukabumi, SD
yang tergolong SD pinggiran/pesisian Desa, yang dikelilingi gunung-gunung yang
besar salasatunya gunung patat, gunung gangsa dan gunung cisujen. yang
berdekatan hutan. Karena SD yang termasuk SD pinggiran tentu banyak banyak factor yang menghabat kepada pertumbuhan
anak. Khusus dalam membaca yang baik dan benar. Dan saya termasuk tenaga kerja guru honorer di SD buniwangi sejak tahun 2008 dan saya di beri tugas mengajar di kelas II
samapai sekarang, mengajar bagi saya sudah menjadi kewajiban
untuk mengabdi kepada bangsa ini. Dalam mengajar saya menemukan beberapa
permasalahan salasatunya adalah banyak anak yang belum mampu mengenal
huruf-huruf atau bilangan kemungkinan karena faktor-faktor tertinggalnya
pendidikan terutama pendidikan di usia dini.
Kenyataan di lapangan, khususnya di kelas II
SDN buniwangi masih terdapat siswa yang
belum mampu
membacanya dengan
baik dan benar. Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa dalam kemampuan
membacahanya mencapai 50, sedangkan KKM pelajaran bahasa Indonesia di kelas II SDN
buniwangi sebesar 65. Faktor penyebab
dari kemampuan membaca siswa masih kurang baik, diantaranya tidak adanya tempat
pendidikan usia dini di sekitar SD buniwangi khususnya di tiga kedusunan yaitu
kedusunan buniwangi, kedusunan tonjong dan kedusunan selabatu, latar belakang pendidikan
orang tua yang sangat rendah, kurangnya dukungan pemerintah dan kurangnya
dukungan orang tua . Selain itu faktor
penyebab lain diantaranya minat baca siswa kurang, bimbingan dari keluarga
masih kurang, motivasi yang diberikan kepada siswa baik dari guru maupun
keluarga masih kurang, serta teknik pembelajaran yang digunakan secara
konvensional dan masih belum menyetuh pada permasalahan yang dihadapinya.
Dengan demikian, saya mendokumentasikan
deskripsi praktik pembelajaran yang telah dilaksanakan di kelas sebagai
upaya pembelajaran dalam setting upaya meningkatkan kemampuan membaca dengan
menggunakan metode uswatun hasanah dan kesabaran kepada siswa yang belum bisa
membaca Best Practices yang berjudul:
B. Permasalahan yang hadapi
Berdasarkan hasil observasi awal yang
telah dilakukan terhadap pembelajaran di kelas II yang difokuskan pada siswa
lambat dalam membaca (buta huruf), diperoleh temuan-temuan permasalahan sebagai
berikut.
1. Masih banyak siswa yang belum mampu membaca (buta
huru) ketika diajar tapi dengan pendekatan metode uswatun hasanah ahirnya anak
bisa membaca dengan sendirinya walapun lambat.
2. Tidak adanya tempat pendidikan usia dini di sekitar SD buniwangi. Namun buat saya itu bukan hambat yang harus dihindari
tapi tangtang yang harus dihadapi dengan pendekatan uswatun sanah terhadap anak
agar anak bisa membaca dan ternyata ahir walaupun lambat anak bisa membaca
dengan baik dan benar.
3. Latar belakang pendidikan orang tua banyak
dibawah pendidikan dasar itu kenyataan yang kongkrit sekali di lapangan.
Ahirnya tibul faktor-faktor yang menghambat pemkembangan anak khususnya dalam
membaca karena kurang perhatian dari orang tua. Namun dengan
pendekata/bingbingan begitu ikhlas terhadap belajar anak ahirnya anak mampu
membaca huruf-hurup yang pada awalnya tidak kenal sama sekali.
C.
Strategi Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah
tentang meningkatkan kemampuan membaca siswa melalui metode uswatun hasanah di
Kelas II SD Negeri Buniwangi, peneliti mengemas dalam suatu kegiatan bembelajaran
berikut :
1. Menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa
melalui metode uswatun hasanah atau pendekatan yang lebih baik terhadap anak Kelas
II SD Negeri Buniwangi ahirnya dengan metode menulis RPP yang baik dan
pendekatan yang begitu lembut terhadap anak ahirnya anak bisa membaca tanpa
disadari, saya rasa kemungkina besar ada hidayah dari allah terhadap anak.
2. Melaksanakan
pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa melalui membaca
bawah-atas, atas-bawah, model interaktif dan kegiatan membaca langsung dalam
membaca dengan metode uswatun hasanah di
Kelas I SD Negeri Buniwangi
3. Melakukan pembelajaran
dengan metode uswatun hasanah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai
upaya berkesinambungan dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa melalui metode
uswatun hasanah di Kelas I SD Negeri Buniwangi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
a. Metode uswatun
hasanah
Saya berpendapat bahwa metode
salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara
akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelicin jalan
pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki
ketrampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan
tujuan. Antara metode dan tujuan jangan sampai bertolak belakang. Artinya,
metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka akan
sia-sialah perumusan tujuan tersebut. apalah artinya kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan tanpa mengindahkan tujuan.
Dan alasan saya memilih metode uswatun hasanah dalam setiap mengajar
di dalam kelas khususnya di kelas II karena cocok dengan setuasi anak yang
masih labil atau berada di usia dini. Dan metode ini termasuk metode yang
tertua dan tergolong paling sulit dan mahal. Dengan metode ini, pendidikan
membaca disampaikan melalui bingbingan kesabaran, ketawakalan dan contoh
teladan yang baik dari pendidiknya, sebagaimana telah dilakukan para Nabi
terdahulu.
Metode Uswatun Hasanah besar pengaruhnya dalam misi Pendidikan
membaca pada anak usia dini. Bahkan menjadi faktor penentu. Apa yang dilihat
dan didengar orang dari tingkah laku guru di kelas, bisa menambah kekuatan daya
didiknya, tetapi sebaliknya bisa pula melumpuhkan daya didiknya, apabila
ternyata yang tampak itu bertentangan dengan yang didengarnya. Dalam hubungan
dengan masalah ini, Athiyah al-Abrasyi mengatakan bahwa perbandingan antara guru
dengan murid, adalah ibarat tongkat dengan bayangannya. Kapankah bayangan
tersebut akan lurus kalau tongkatnya sendiri bengkok.
Dalam dunia pendidikan modern, istilah metode uswatun hasanah
sering disebut dengan metode imitasi atau tiruan. Dilihat dari segi bentuknya
maka metode ini merupakan bentuk non verbal dari metode pendidikan agama islam
yang paling baik. Ada beberapa hasil yang dicapai dalam menggunakan metode
uswatun hasanah sebagai berikut :
a.
Ada Keinginan atau Dorongan Untuk
Meniru
Pada diri anak
ada keinginan halus yang tidak disadari untuk meniru orang yang dikagumi
(idola) di dalam berbicara, bergaul, tingkah laku, bahkan gaya hidup mereka
sehari-hari tanpa disengaja. Ketika saya mengajar dan bertanya terhadap
anak-anak apa cita-citamu anak langsung menjawab ingin seperti ibu, Peniruan semacam ini hanya terarah pada
tingkah laku yang baik bagi anak-anak.
b. Kesiapan
Untuk Meniru
Setiap
tahapan usia mempunyai kesiapan dan potensi untuk meniru ketika apa yang
dilihatnya. Oleh karena itu saya selalu memberi teladan (uswatun hasanah) dalam
mengajar di kelas dan selalu membingbingan membaca dengan penuh kesabaran
walapun banyak anak yang nakal. Pada prinsipnya, guru, orang tua, pemimpin
harus mempertimbangkan potensi anak sewaktu kita akan mengarahkan atau
membimbing mereka. ‘
b. Tujuan Untuk Meniru
Setiap peniruan
tentu mempunyai tujuan yang kadang-kadang diketahui oleh pihak yang meniru dan
kadang-kadang tidak diketahui. Peniruan yang tidak diketahui dan tidak disadari
oleh pihak-pihak yang meniru merupakan peniruan yang hanya sekedar ikut-ikutan,
sedangkan peniruan yang di sadari dan di sadari pula tujuannya, maka peniruan
tersebut tidak lagi sekedar ikut-ikutan, tetapi merupakan kegiatan yang disertai
dengan pertimbangan. Salasatu contoh ketika saya mau mengajar membingbing
membaca di kelas saya selalu diawali
dengan basmalah dan itu menjadi
peniruan terhadap anak-anak sayaketika saya tidak mengajar di kelas itu.
salasatunya ada peniruan peniruan
anak-anak pada seseorang yang dikaguminya
atau yang menjadi idolanya ada pandaangan yang lebih kuat. Dengan tujuan akan
memperoleh kekuatan seperti yang di miliki oleh orang tersebut. Menurut
An-Nahlawi peniruan yang demikian, dalam istilah pendidikan Islam di sebut
dengan “ Ittiba”(patuh). Dan Ittiba’ yang paling tinggi
adalah Ittiba’ yang di dasarkan atas tujuan dan cara. maka saya
selalu memberikan contoh/teladan yang baik pada anak agar anak bisa meniru
khusus dalam membaca.
A.
Faktor-faktor Pendukung
Keberhasilan penerapan strategi yang dipilih dalam mengatasi
permasalahan yang muncul, khususnya dalam Kegiatan Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca
Siswa Sekolah Dasar Dengan Metode Uswatun Hasah,
tentunya tidak lepas dari adanya faktor-faktor pendukung. Faktor-faktor
tersebut yaitu sebagai berikut.
1.
Antusiasme
siswa yang besar terhadap pembelajaran yang dilaksanakan melalui teladan
(uswatun hasanah).
2.
Pemberian
reward terhadap siswa yang bisa membaca dengan baik dan benar , baik secara
verbal maupun non-verbal.
3.
Pengemasan
pembelajaran yang dilakukan sedemikian rupa sehingga siswa merasa enjoy dan
tidak terbebani seperti ketika pembelajaran dilakukan secara konvensional
4.
Kerja
sama dan respon yang baik dari kepala sekolah dan dari guru-guru lain, terutama
dari guru mata pelajaran bahasa Indonesia.
B.
Langkah-Langkah Kegiatan
Kegiatan Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Siswa Sekolah Dasar
Dengan Metode Uswatun Hasanah. dapat dari gambaran pembelajaran berikut :
1.
Siswa mendapatkan perhatian khusus dari guru,
keluarga dan lingkungan.
2.
Siswa menyimak apa yang dibacakan oleh guru.
3.
Guru bersama siswa melakukan tanya jawab apa
yang telah dibaca.
4.
Guru menyiapkan alat pembelajaran yaitu kartu gambar yang ditulis dalam karton dengan
jumlah sesuai dengan kelompok belajar dan menempelkannya di depan kelas.
5.
Guru memberikan teladan cara membaca yang baik
dengan contoh-contoh huruf-huruf yang di siapkan di karton .
6.
Secara berkelompok siswa melakukan permaianan
huruf-hurup yaitu melengkapi kata-kata yang tepat dengan kartu kata yang telah
disediakan guru.
7.
Pengumuman hasil permainan, kelompok yang
berhasil melengkapi kata-kata dengan
waktu cepat mendapatkan reward dan kelompok yang menyelesaikan dengan waktu
yang lama mendapatkan sanksi.
8.
Setelah melakukan permaianan bahasa melengkapi
cerita, siswa membaca huruf-huruf yang besar dengan lafal dan intonasi yang
tepat.
9.
Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Siswa
Sekolah Dasar Dengan Metode Uswatun Hasah
C. Hasil
yang di Capai
Kriteria keberhasilan siswa pada pembelajaran membaca siswa
melalui teknik permainan bahasa melengkapi cerita sebagai berikut :
1. Kemampuan guru dalam
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dalam upaya peningkatan kemampuan
membaca siswa sekolah dasar dengan metode uswatun hasanah minimal
mencapai rata-rata 75%.
2. Kemampuan guru dalam
proses pelaksanaan pembelajaran dalam upaya peningkatan kemampuan membaca siswa
sekolah dasar dengan metode uswatun hasanah minimal
mencapai rata-rata 75 %
3. Hasil belajar siswa
dalam upaya peningkatan kemampuan membaca siswa sekolah dasar dengan metode
uswatun hasanah mencapai KKM sebesar 70.
D.
Kesimpulan
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa Membaca merupakan tahapan proses belajar bagi siswa
Sekolah Dasar kelas awal dan pendidikan
membaca adalah pintu di bukakannya segala ilmu. Membaca mempunyai arti yang cukup penting. Poin yang
lebih penting didalam pengajaran membaca pada siswa kelas II adalah pengajaran
bingbingan dengan metode teladan (uswatun hasanah) dalam membaca supaya anak
merasa di perhatikan. . Karena ketika siswa dibangku SD, hal pertama yang harus
kita pelajari adalah membaca, kemudian akan dapat menulis juga menghitung serta
merangkai berbagai macam kalimat. Sehingga pada masa ini guru harus menggunakan
strategi-strategi yang tepat untuk membantu siswa dalam mencapai poin tersebut.
Jika begitu kita akan dapat membacakan karya-karya yang lain/cerita-cerita
pendek. Membaca juga sarana yang diberikan untuk mengembangkan kreatifitas
anak untuk bernegara, berbangsa dan berbudaya yang baik
0 komentar:
Posting Komentar